Kulon Progo, DIY — Di sebuah sudut desa yang tenang di Kulon Progo, terdengar suara anyaman bersahutan, bersumber dari tangan-tangan terampil warga yang tengah menenun harapan. Mereka adalah bagian dari keluarga besar Jangkang Indahcraft, produsen kerajinan tangan berbasis alam yang telah menembus pasar ekspor dengan filosofi kuat: dari alam, untuk alam, dan oleh masyarakat sekitar.
Di bawah naungan rumah sederhana, para ibu rumah tangga duduk bersila di atas tikar pandan, menganyam serat agel, enceng gondok, dan gedebog pisang menjadi keranjang, vas, dan pernak-pernik dekorasi rumah yang tak hanya indah, tapi juga ramah lingkungan.
“Sebelumnya saya tidak pernah membayangkan tangan saya bisa menghasilkan barang yang sampai ke Jepang,” ujar Ibu Sumiyem, salah satu pengrajin. “Sekarang, saya tidak hanya punya penghasilan, tapi juga rasa bangga.”

Semua produk Jangkang Indahcraft dibuat secara handmade, tanpa mesin, tanpa limbah kimia, dan menggunakan pewarna alami dari daun jati, mahoni, dan kulit kayu. Proses yang lebih lambat, namun membawa dampak jauh lebih dalam—baik untuk lingkungan maupun manusia.
Ramdani, pendiri Jangkang Indahcraft, percaya bahwa kerajinan lokal tidak harus kalah dengan produk pabrik. “Kami tidak hanya menjual produk, tapi nilai. Karya yang membawa cerita tentang bumi, desa, dan kehidupan yang lebih baik,” ungkapnya.
Produk-produk dari Jangkang Indahcraft kini telah menghiasi rumah-rumah di Eropa dan Asia, namun akar mereka tetap kuat di desa. Di sanalah semangat keberlanjutan tumbuh—bukan sekadar tren, tapi warisan.
Lewat Jangkang Indahcraft, alam tak hanya dilestarikan, tapi dihidupkan kembali dalam bentuk karya, dan masyarakat pun ikut tumbuh bersama dalam proses yang indah.
Komentar
Posting Komentar